Big data memainkan peran yang semakin penting dalam perang asimetris. Ini digunakan dalam hal mengidentifikasi dan melacak potensi ancaman. Big data dapat membantu analis militer dan intelijen beralih melalui sejumlah besar informasi untuk menemukan pola dan koneksi (hubungan satu dengan yang lainnya) yang mungkin terlewatkan. Selain itu, big data dapat digunakan untuk membantu memprediksi perilaku musuh, yang dapat memberikan keuntungan signifikan bagi organisasi dalam suatu konflik. Big data juga dapat digunakan untuk memprediksi di mana dan kapan ancaman tertentu mungkin menyerang, memungkinkan pihak berwenang untuk mengambil tindakan pencegahan. Perang asimetris adalah jenis konflik di mana dua pihak tidak seimbang dalam hal kekuatan militer atau kemampuan lainnya. Satu pihak mungkin memiliki militer yang jauh lebih kuat, sementara pihak lain menggunakan taktik dan strategi yang tidak konvensional untuk menyamakan kedudukan. Dalam skenario seperti itu, pihak dengan lebih banyak informasi dan kemampuan analitis yang lebih baik akan memiliki keuntungan yang signifikan.

Munculnya big data memiliki dampak besar pada cara kita berperang. Di masa lalu, perang dilakukan terutama melalui cara-cara simetris atau konvensional. Yang dimana masing-masing pihak berusaha untuk mengungguli yang lain dalam hal kekuatan militer. Namun di era big data, perang asimetris menjadi semakin umum. Jenis peperangan ini mengambil keuntungan dari fakta bahwa satu pihak mungkin memiliki akses ke lebih banyak informasi dari pada yang lain. Misalnya, organisasi teroris dapat menggunakan big data untuk merencanakan serangan. Organisasi teroris dapat merencanakan serangan dengan mengidentifikasi pola dan tren dalam data. Informasi ini dapat digunakan untuk menargetkan lokasi atau kelompok orang tertentu. Sementara pemerintah dapat menggunakan big data untuk melacak pergerakan organisasi teroris dengan memantau komunikasi, transaksi keuangan, dan aktivitas media sosial mereka.

Di masa lalu, data intelijen dikumpulkan terutama melalui sumber-sumber manusia. Namun, di era big data, data intelijen dapat dikumpulkan melalui berbagai cara, termasuk pengawasan elektronik dan data mining. Hal ini telah menyebabkan situasi di mana satu sisi mungkin memiliki keuntungan informasi yang signifikan atas yang lain.

Perang asimetris dan pengumpulan data intelijen hanyalah dua cara big data yang telah mengubah lanskap perang. Big data akan terus berdampak besar pada perang di masa depan, karena kedua belah pihak berusaha untuk mendapatkan keuntungan dari yang lain.


AWARE ID

AWARE ID, Author

Kami adalah komunitas yang fokus pada kajian ilmu pengetahuan tentang pertahanan khususnya Peperangan Asimetris atau disebut juga dengan Asymmetric Warfare.

Comments - 0

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *