
Pertemuan virtual para pemimpin G7 pada tanggal 24 Februari 2024 untuk menyatakan dukungan terhadap Ukraina menjadi peristiwa penting dalam konteks konflik yang sedang berlangsung dengan Rusia. Peristiwa ini juga memunculkan kembali kekhawatiran mengenai hubungan bisnis China-Rusia dan implikasinya bagi geopolitik global. Ini menunjukkan komitmen G7 untuk melawan agresi Rusia dengan mendukung kedaulatan Ukraina.
Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, yang memberikan kesempatan bagi para pemimpin G7 untuk mendengarkan langsung perspektifnya dan membahas kebutuhan mendesak Ukraina.
Signifikansi dukungan ini terletak pada penyeimbang kekuatan global di tengah ekspansi militer Rusia. G7 mewakili negara-negara demokrasi maju dengan pengaruh ekonomi dan militer yang besar, sehingga dukungan mereka memberikan harapan bagi pertahanan Ukraina.
G7 menyatakan keprihatinannya atas hubungan bisnis China-Rusia, terutama terkait dengan dukungan ekonomi yang diberikan China kepada Rusia selama konflik. G7 khawatir bahwa dukungan tersebut dapat memperpanjang konflik dan melemahkan efektivitas sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia.
Selain itu, G7 juga menyinggung tentang aktivitas China di Laut China Selatan dan Taiwan, yang dianggap sebagai tindakan yang dapat mengganggu stabilitas kawasan.
Kedekatan hubungan bisnis China-Rusia menimbulkan dilema bagi G7. Di satu sisi, G7 membutuhkan kerja sama dengan China dalam isu-isu global seperti perubahan iklim dan kesehatan global. Di sisi lain, mereka prihatin dengan tindakan China yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi dan ketertiban internasional.
Pertemuan G7 tersebut menunjukkan semakin kompleksnya hubungan internasional. Blok-blok kekuatan semakin terbentuk, masing-masing dengan kepentingan dan strategi yang berbeda. Konflik Ukraina menjadi titik api yang memicu ketegangan antara Barat (diwakili oleh G7) dan Rusia, serta memunculkan dilema terkait dengan posisi China sebagai kekuatan ekonomi dan militer yang besar.
Perlu menjadi perhatian bagi Negara Indonesia Terkait Dukungan G7 untuk Ukraina dan Kekhawatiran tentang Hubungan Bisnis China-Rusia. Hal ini tentu dapat berdampak pada ekonomi yang dapat menyebabkan fluktuasi harga energi dan pangan global, yang dapat berimbas pada inflasi dan stabilitas ekonomi Indonesia. Belum lagi pada rantai pasokan global dapat memperlambat pemulihan ekonomi Indonesia pasca pandemi COVID-19. Serta perluasan sanksi terhadap Rusia dapat memengaruhi perdagangan dan investasi bilateral antara Indonesia dan Rusia.
Selain itu terkait keamanan kawasan khususnya di Asia Pasifik, termasuk Laut China Selatan. Tentu ini dapat menimbulkan ketegangan antara negara-negara besar dapat yang memicu ketidakstabilan. Peningkatan aktivitas militer di kawasan dapat membahayakan keselamatan pelayaran dan perdagangan maritim Indonesia. Pemerintah perlu mewaspadai perluasan pengaruh negara-negara asing di kawasan perairan sekitar agar tidak mengganggu keseimbangan kekuatan di kawasan.
Begitu pula kebijakan politik luar negeri, Indonesia harus menjaga keseimbangan dalam hubungan dengan negara-negara besar, termasuk Amerika Serikat, China, dan Rusia. Penting bagi Indonesia untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan dan mendorong penyelesaian konflik di Ukraina melalui dialog dan diplomasi. Indonesia perlu memperkuat kerjasama regional dan multilateral untuk mengatasi berbagai tantangan global yang muncul.
Memperkuat ketahanan ekonomi nasional dengan diversifikasi sumber energi dan pangan menjadi upaya yang harus dilakukan. Indonesia juga harus serta merta dan terus menerus mendorong penyelesaian konflik Ukraina dan Rusia melalui dialog dan diplomasi. Dengan pemperkuat peran Indonesia di forum-forum internasional untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas global.
Comments - 0