Pada hari Selasa, Perdana Menteri Irak, Mohammed Shia' al-Sudani, menyatakan bahwa Irak tidak memerlukan penasehat militer dari 25 negara untuk bekerja dalam misi koalisi internasional yang dipimpin oleh AS untuk melawan kelompok Islamic State (IS).

Pernyataan Perdana Menteri Irak Mohammed Shia' al-Sudani menunjukkan keinginan untuk mengurangi ketergantungan Irak pada penasihat militer dari negara-negara asing, termasuk anggota koalisi pimpinan AS, dalam upaya melawan kelompok Negara Islam (IS). Ini mencerminkan semangat untuk mengambil alih kontrol penuh atas keamanan negara mereka sendiri.

Al-Sudani menyampaikan komentarnya tersebut dalam konferensi pers, di mana beliau menegaskan bahwa pemerintah Irak telah memulai program terpadu untuk meningkatkan persenjataan pasukan keamanan seiring dengan upaya untuk mengakhiri keberadaan koalisi internasional di negara tersebut.

Justifikasi untuk keberadaan koalisi pada tahun 2014 telah berakhir pada saat ini, dan "kita berada di tahun 2024," kata al-Sudani.

Al-Sudani menyatakan bahwa IS tidak lagi menjadi ancaman besar bagi keamanan Irak, dan bahwa kemampuan pasukan keamanan Irak telah meningkat secara signifikan. Ini menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana keberhasilan Irak dalam menangani ancaman yang tersisa dari IS dan kemungkinan keberlanjutan peran koalisi internasional dalam mendukung upaya ini.

Dia menyatakan bahwa kelompok IS tidak lagi merupakan ancaman bagi keamanan Irak, menambahkan bahwa kemampuan pasukan keamanan Irak telah meningkat secara signifikan dan kini mampu menjaga keamanan di seluruh negeri.

Pernyataan al-Sudani juga menyoroti perubahan dinamika hubungan Irak dengan negara-negara anggota koalisi internasional. Irak berupaya untuk memperluas hubungan mereka dengan koalisi ini, termasuk dalam aspek ekonomi, politik, dan keamanan, sambil berusaha mengakhiri misi militer mereka di Irak.

Al-Sudani menekankan bahwa pemerintah berharap untuk beralih ke fase baru dalam hubungannya dengan negara-negara koalisi internasional, termasuk dalam aspek ekonomi, politik, dan keamanan.

Pertemuan antara Irak dan koalisi pimpinan AS pada 11 Februari untuk membahas mengakhiri misi koalisi di Irak menunjukkan bahwa perubahan signifikan dalam dinamika regional dan internasional sedang berlangsung. Ini memunculkan pertanyaan tentang bagaimana masa depan kerjasama antara Irak dan koalisi internasional akan berkembang, serta dampaknya terhadap keamanan dan stabilitas di wilayah tersebut. Komentar Al-Sudani ini muncul ketika Irak dan koalisi yang dipimpin oleh AS mengadakan dialog baru untuk membahas pengakhiran misi koalisi di Irak.

AWARE ID

AWARE ID, Author

Kami adalah komunitas yang fokus pada kajian ilmu pengetahuan tentang pertahanan khususnya Peperangan Asimetris atau disebut juga dengan Asymmetric Warfare.

Comments - 0

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *